Kumpulan Kisah Menyentuh Hati
Mengenai Saya
Posting Saya...
- ▼ 2008 (43)
- ▼ November (43)
- ▼ 02 (43)
- Kisah Pohon Apel
- Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya
- Mengapa?
- Kata - kata Mutiara (English dan Bahasa Indonesia)...
- Kumpulan Kata Bijak dan Mutiara
- Kata Bijak dan Mutiara untuk Kehidupan
- Kumpulan Kata Bijak dan Mutiara
- Artikel Motivasi Kata - Kata Mutiara Dan Kata - Ka...
- Bertahan
- Bila Cinta Berbicara
- Segelas susu saja
- Mana lebih hebat: Rajin atau cerdas?
- Kado Terindah
- Delapan Kado Terindah
- 1 dolar 11 Sen
- Earth
- Jadikan dirimu seseorang yang lebih baik
- Dua pemancing yang hebat
- The power of NO
- Alkisah Sebuah Jam
- Perangkap Tikus
- Pelajaran dari Seekor Gajah
- Mimpi
- Kebajikan yang pernah kita lakukan tidak lenyap be...
- In life you can’t turn back
- Bocah pembeli Es Krim
- Ajarkanku tentang arti sebuah kasih
- 4 Tipe Manusia Hadapi Tekanan Hidup
- Setiap Langkah adalah Anugerah
- Sepuluh Unsur Kepribadian Billionaire
- Senangkan orang tua semasa hidup
- Pelajaran Satu Juta Dolar
- Mantel Kuning
- Kisah Cinta Sejati dari Negeri Sebelah
- Kisah Beruang
- Jonathan si burung camar
- Batu dan Mutiara
- Mutiara Kata Khalil Gibran
- Andai saja, kamu percaya padaku
- “Ibu, I miss you so much.”
- Mana Ciuman Untukku?
- Cinta yang tak pernah padam selama 60 tahun
- Kisah Seorang Anak Laki - Laki
- ▼ 02 (43)
- ▼ November (43)
MINGGU, 02 NOVEMBER 2008
Kisah Pohon Apel
Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang
bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.
Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya,
tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat
mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak
kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan
tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.
Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo ke sini
bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil
yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.”Aku ingin
sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”
Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau
boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang
untuk membeli mainan kegemaranmu.” Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu
memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita.
Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu
kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya
datang. “Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel. “Aku tak punya
waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami
membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” Duh, maaf
aku pun tak memiliki rumah.
Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata
pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon
apel itu dan pergi dengan gembira.Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat
anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon
apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa
sangat bersuka cita menyambutnya.”Ayo bermain-main lagi denganku,” kata
pohon apel.”Aku sedih,” kata anak lelaki itu.”Aku sudah tua dan ingin hidup
tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah
kapal untuk pesiar?”
“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan
menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan
bersenang-senanglah.”
Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal
yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui
pohon apel itu.
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf
anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi
untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah
apelmu,” jawab anak lelaki itu.
“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon
apel.”Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu.”Aku
benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang
tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon
apel itu sambil menitikkan air mata.
“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki.
“Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah
sekian lama meninggalkanmu.” “Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar
pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari,
marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”
Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.
Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
NOTE :
Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika
kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita
memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita
akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk
membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah
bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita
memperlakukan orang tua kita.
Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita.
Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan
berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada
kita.
bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.
Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya,
tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat
mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak
kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan
tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.
Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo ke sini
bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil
yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.”Aku ingin
sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”
Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau
boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang
untuk membeli mainan kegemaranmu.” Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu
memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita.
Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu
kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya
datang. “Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel. “Aku tak punya
waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami
membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” Duh, maaf
aku pun tak memiliki rumah.
Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata
pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon
apel itu dan pergi dengan gembira.Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat
anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon
apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa
sangat bersuka cita menyambutnya.”Ayo bermain-main lagi denganku,” kata
pohon apel.”Aku sedih,” kata anak lelaki itu.”Aku sudah tua dan ingin hidup
tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah
kapal untuk pesiar?”
“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan
menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan
bersenang-senanglah.”
Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal
yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui
pohon apel itu.
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf
anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi
untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah
apelmu,” jawab anak lelaki itu.
“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon
apel.”Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu.”Aku
benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang
tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon
apel itu sambil menitikkan air mata.
“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki.
“Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah
sekian lama meninggalkanmu.” “Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar
pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari,
marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”
Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.
Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
NOTE :
Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika
kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita
memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita
akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk
membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah
bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita
memperlakukan orang tua kita.
Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita.
Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan
berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada
kita.
Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya
Dua orang malaikat berkunjung ke rumah sebuah keluarga kaya.
Keluarga itu sangat kasar dan tidak mengijinkan kedua malaikat itu
bermalam di ruang tamu yang ada di rumahnya.
Malaikat tersebut ditempatkan pada sebuah kamar berukuran kecil yang ada
di basement. Ketika malaikat itu hendak tidur, malaikat yang lebih tua
melihat bahwa dinding basement itu retak.
Kemudian malaikat itu memperbaikinya sehingga retak pada dinding basement
itu lenyap.
Ketika malaikat yang lebih muda bertanya mengapa ia melakukan hal itu,
malaikat yang lebih tua menjawab, “Sesuatu tidak selalu kelihatan
sebagaimana adanya”.
Malam berikutnya, kedua malaikat itu beristirahat di rumah satu keluarga
petani miskin tetapi sangat ramah.
Setelah membagi sedikit makanan yang petani itu punyai, petani itu
mempersilahkan kedua malaikat untuk istirahat di tempat tidurnya.
Ketika matahari terbit keesokkan harinya, malaikat menemukan bahwa petani
itu dan isterinya sedang menangis sedih karena sapi mereka yang merupakan
sumber pendapatan satu-satunya bagi mereka terbaring mati.
Malaikat yang lebih muda merasa geram. Ia bertanya kepada malaikat yang
lebih tua, “Mengapa kau membiarkan hal ini terjadi? Keluarga yang
pertama memiliki segalanya, tapi engkau menolong menambalkan dindingnya
yang retak. Keluarga ini hanya memiliki sedikit tetapi walaupun demikian
mereka bersedia membaginya dengan kita. Mengapa engkau membiarkan
sapinya mati?”
Malaikat yang lebih tua menjawab, “Sesuatu tidak selalu kelihatan
sebagaimana adanya”.
“Ketika kita bermalam di basement, aku melihat ada emas tersimpan di
lubang dalam dinding itu. Karena pemilik rumah sangat tamak dan tidak
bersedia membagi hartanya, aku menutup dinding itu agar ia tidak
menemukan emas itu.”
“Tadi malam ketika kita tidur di ranjang petani ini, malaikat maut datang
untuk mengambil nyawa isterinya. Aku memberikan sapinya agar malaikat
maut tidak jadi mengambil isterinya.” “Sesuatu tidak selalu kelihatan
sebagaimana adanya”.
Kadang-kadang itulah yang kita rasakan ketika kita berpikir bahwa
sesuatu tidak seharusnya terjadi. Jika kita mempunyai iman, kita
hanya perlu percaya sepenuhnya bahwa semua hal yang terjadi adalah demi
kebaikan kita.
Kita mungkin tidak menyadari hal itu sampai saatnya tiba….
Keluarga itu sangat kasar dan tidak mengijinkan kedua malaikat itu
bermalam di ruang tamu yang ada di rumahnya.
Malaikat tersebut ditempatkan pada sebuah kamar berukuran kecil yang ada
di basement. Ketika malaikat itu hendak tidur, malaikat yang lebih tua
melihat bahwa dinding basement itu retak.
Kemudian malaikat itu memperbaikinya sehingga retak pada dinding basement
itu lenyap.
Ketika malaikat yang lebih muda bertanya mengapa ia melakukan hal itu,
malaikat yang lebih tua menjawab, “Sesuatu tidak selalu kelihatan
sebagaimana adanya”.
Malam berikutnya, kedua malaikat itu beristirahat di rumah satu keluarga
petani miskin tetapi sangat ramah.
Setelah membagi sedikit makanan yang petani itu punyai, petani itu
mempersilahkan kedua malaikat untuk istirahat di tempat tidurnya.
Ketika matahari terbit keesokkan harinya, malaikat menemukan bahwa petani
itu dan isterinya sedang menangis sedih karena sapi mereka yang merupakan
sumber pendapatan satu-satunya bagi mereka terbaring mati.
Malaikat yang lebih muda merasa geram. Ia bertanya kepada malaikat yang
lebih tua, “Mengapa kau membiarkan hal ini terjadi? Keluarga yang
pertama memiliki segalanya, tapi engkau menolong menambalkan dindingnya
yang retak. Keluarga ini hanya memiliki sedikit tetapi walaupun demikian
mereka bersedia membaginya dengan kita. Mengapa engkau membiarkan
sapinya mati?”
Malaikat yang lebih tua menjawab, “Sesuatu tidak selalu kelihatan
sebagaimana adanya”.
“Ketika kita bermalam di basement, aku melihat ada emas tersimpan di
lubang dalam dinding itu. Karena pemilik rumah sangat tamak dan tidak
bersedia membagi hartanya, aku menutup dinding itu agar ia tidak
menemukan emas itu.”
“Tadi malam ketika kita tidur di ranjang petani ini, malaikat maut datang
untuk mengambil nyawa isterinya. Aku memberikan sapinya agar malaikat
maut tidak jadi mengambil isterinya.” “Sesuatu tidak selalu kelihatan
sebagaimana adanya”.
Kadang-kadang itulah yang kita rasakan ketika kita berpikir bahwa
sesuatu tidak seharusnya terjadi. Jika kita mempunyai iman, kita
hanya perlu percaya sepenuhnya bahwa semua hal yang terjadi adalah demi
kebaikan kita.
Kita mungkin tidak menyadari hal itu sampai saatnya tiba….
Mengapa?
• Mengapa saya berkata "Saya tidak bisa" jika Alkitab mengatakan bahwa saya bisa
melakukan segala sesuatu di dalam Dia yang memberi kekuatan kepada saya (Fil 4:13)?
• Mengapa saya merasa kurang jika saya tahu bahwa Allah akan memenuhi segala
keperluan saya menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus (Fil 4:19)?
• Mengapa saya harus merasa takut jika Alkitab berkata bahwa Tuhan tidak memberi
saya roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, ketertiban (2
Tim 1:7)?
• Mengapa saya harus merasa kurang iman jika saya tahu bahwa Allah telah
mengaruniakan kepada saya ukuran iman tertentu (Rom 12:3)?
• Mengapa saya menjadi lemah jika Alkitab berkata bahwa Allah adalah terang dan
keselamatan saya dan bahwa saya akan tetap kuat dan akan bertindak (Maz 27:1, Dan
11:32)?
• Mengapa saya harus membiarkan iblis menang atas hidup saya jika Roh yang ada di
dalam saya lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia (1 Yoh 4:4)?
• Mengapa saya harus pasrah kalah jika Alkitab berkata bahwa Allah dalam Kristus
selalu membawa kita di jalan kemenanganNya (2 Kor 2:14)?
• Mengapa saya harus kekurangan hikmat jika Kristus sendiri telah menjadi hikmat
bagi saya dan Allah akan memberi hikmat jika saya minta padaNya (1 Kor 1:30; Yak
1:5)?
• Mengapa saya harus depresi jika saya dapat mengingat bahwa saya dapat berharap
pada Allah yang kasih setiaNya tidak habis-habisNya setiap pagi (Rat 3:21-23)?
• Mengapa saya harus kuatir, resah, dan rewel jika saya dapat menyerahkan segala
kekuatiran saya pada Tuhan yang memelihara saya (1 Pet 5:7)?
• Mengapa saya harus selalu hidup dalam beban jika saya tahu bahwa di mana ada Roh
Allah, ada kemerdekaan, dan Kristus telah memerdekakan kita (2 Kor 3:17; Gal 5:1) ?
• Mengapa saya harus merasa terhukum jika Alkitab berkata bahwa saya tidak ada lagi
di bawah penghukuman sebab saya di dalam Kristus (Rom 8:1) ?
• Mengapa saya harus merasa sendirian jika Yesus berkata Ia akan selalu menyertai
saya, tidak akan membiarkan dan tak akan meninggalkan saya (Mat 28:20; Ibr 13:5)?
• Mengapa saya harus merasa terkutuk atau merasa saya menjadi korban nasib sial
jika Alkitab berkata bahwa Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum taurat sehingga
oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu (Gal 3:13-14) ?
• Mengapa saya harus merasa tidak puas dalam hidup ini jika saya, seperti Paulus, bisa
belajar untuk menjadi puas dalam segala keadaan (Fil 4:11) ?
• Mengapa saya harus merasa tidak layak jika Kristus telah dibuat menjadi dosa karena
kita, supaya di dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2 Kor 5:21) ?
• Mengapa saya merasa takut disiksa orang jika saya tahu bahwa jika Allah di pihak
saya tidak ada yang akan melawan saya (Rom 8:31)?
• Mengapa saya harus bingung jika Allah adalah Raja Damai dan Ia memberi saya
pengetahuan melalui RohNya yang diam di dalam kita (1 Kor 14:33;2:12)
• Mengapa saya harus terus-menerus gagal dan jatuh jika Alkitab berkata bahwa
sebagai anak Allah saya lebih daripada orang-orang yang menang dalam segala hal, oleh
Dia yang telah mengasihi saya (Roma 8:37)?
• Mengapa saya harus membiarkan tekanan hidup mengganggu saya jika saya dapat
punya keberanian karena tahu Tuhan Yesus telah menang atas dunia dan penderitaan
(Yoh 16:33)? " Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah ! " (Mazmur 46:11a)
melakukan segala sesuatu di dalam Dia yang memberi kekuatan kepada saya (Fil 4:13)?
• Mengapa saya merasa kurang jika saya tahu bahwa Allah akan memenuhi segala
keperluan saya menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus (Fil 4:19)?
• Mengapa saya harus merasa takut jika Alkitab berkata bahwa Tuhan tidak memberi
saya roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, ketertiban (2
Tim 1:7)?
• Mengapa saya harus merasa kurang iman jika saya tahu bahwa Allah telah
mengaruniakan kepada saya ukuran iman tertentu (Rom 12:3)?
• Mengapa saya menjadi lemah jika Alkitab berkata bahwa Allah adalah terang dan
keselamatan saya dan bahwa saya akan tetap kuat dan akan bertindak (Maz 27:1, Dan
11:32)?
• Mengapa saya harus membiarkan iblis menang atas hidup saya jika Roh yang ada di
dalam saya lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia (1 Yoh 4:4)?
• Mengapa saya harus pasrah kalah jika Alkitab berkata bahwa Allah dalam Kristus
selalu membawa kita di jalan kemenanganNya (2 Kor 2:14)?
• Mengapa saya harus kekurangan hikmat jika Kristus sendiri telah menjadi hikmat
bagi saya dan Allah akan memberi hikmat jika saya minta padaNya (1 Kor 1:30; Yak
1:5)?
• Mengapa saya harus depresi jika saya dapat mengingat bahwa saya dapat berharap
pada Allah yang kasih setiaNya tidak habis-habisNya setiap pagi (Rat 3:21-23)?
• Mengapa saya harus kuatir, resah, dan rewel jika saya dapat menyerahkan segala
kekuatiran saya pada Tuhan yang memelihara saya (1 Pet 5:7)?
• Mengapa saya harus selalu hidup dalam beban jika saya tahu bahwa di mana ada Roh
Allah, ada kemerdekaan, dan Kristus telah memerdekakan kita (2 Kor 3:17; Gal 5:1) ?
• Mengapa saya harus merasa terhukum jika Alkitab berkata bahwa saya tidak ada lagi
di bawah penghukuman sebab saya di dalam Kristus (Rom 8:1) ?
• Mengapa saya harus merasa sendirian jika Yesus berkata Ia akan selalu menyertai
saya, tidak akan membiarkan dan tak akan meninggalkan saya (Mat 28:20; Ibr 13:5)?
• Mengapa saya harus merasa terkutuk atau merasa saya menjadi korban nasib sial
jika Alkitab berkata bahwa Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum taurat sehingga
oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu (Gal 3:13-14) ?
• Mengapa saya harus merasa tidak puas dalam hidup ini jika saya, seperti Paulus, bisa
belajar untuk menjadi puas dalam segala keadaan (Fil 4:11) ?
• Mengapa saya harus merasa tidak layak jika Kristus telah dibuat menjadi dosa karena
kita, supaya di dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2 Kor 5:21) ?
• Mengapa saya merasa takut disiksa orang jika saya tahu bahwa jika Allah di pihak
saya tidak ada yang akan melawan saya (Rom 8:31)?
• Mengapa saya harus bingung jika Allah adalah Raja Damai dan Ia memberi saya
pengetahuan melalui RohNya yang diam di dalam kita (1 Kor 14:33;2:12)
• Mengapa saya harus terus-menerus gagal dan jatuh jika Alkitab berkata bahwa
sebagai anak Allah saya lebih daripada orang-orang yang menang dalam segala hal, oleh
Dia yang telah mengasihi saya (Roma 8:37)?
• Mengapa saya harus membiarkan tekanan hidup mengganggu saya jika saya dapat
punya keberanian karena tahu Tuhan Yesus telah menang atas dunia dan penderitaan
(Yoh 16:33)? " Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah ! " (Mazmur 46:11a)
Langgan: Entri (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar