Senin, 29 November 2010

AIR MATA INI TAK BERHENTI MENGALIR


Saat Gagal Dalam Membina Hubungan

Kegagalan dalam membina suatu hubungan seringkali membuat kita kecewa, frustasi dan marah. Kita kecewa pada pasangan kita. Frustasi pada keadaan diri sendiri. Marah pada sikap dan perbuatan pasangan dan juga marah pada ketidakmampuan kita dalam membina suatu hubungan. Kegagalan ini bisa berakibat yang kurang baik di kemudian hari. Ketika kita akan memulai suatu hubungan yang baru, kita menjadikan kegagalan kita sebagai referensi. Kita sering kali berpikir, “jangan-jangan sama seperti yang kemarin-kemarin”. Kegagalan yang berulang-ulang, kadang membuat kita menjadi pribadi yang tertutup. Menutup diri terhadap peluang terbukanya sebuah hubungan yang baru.


Tetapi seringkali kita tidak mau mengakui, atau lebih tepatnya tidak menyadari, bahwa kita telah menutup pintu hati kita untuk suatu hubungan. Ketika kita dekat dengan seseorang, tanpa kita sadari kita telah membandingkan dengan mantan pasangan kita. Dalam hati kita berkata, “ah, tidak seperti si anu”, “si A masih lebih baik”, dan lain sebagainya. Kriteria-kriteria tersembunyi itu telah tertanam di alam bawah sadar kita.

Sebagai akibat dari sikap menutup diri ini - yang justru sering kali kita tidak mau mengakuinya – membuat apa yang kita tampilkan di luar diri kita sangat jauh berbeda dengan yang ada di dalam diri kita. Bahkan mungkin sangat bertentangan. Kita bertindak seolah-olah kita tidak membutuhkan perasaan dicintai atau mencintai. Kita berpura-pura tidak membutuhkan pasangan. Menunjukkan sikap dan perasaan, bahwa tanpa pasangan, kita tetap akan baik-baik saja. Tetap bisa menjalani hidup sebagaimana mestinya. Kadang kala, kita justru menunjukkan bahwa kehidupan kita justru lebih baik ketika kita hidup tanpa pasangan. Tetapi ini adalah sikap kamuflase.

Yang justru sering kali terjadi adalah keinginan dan kebutuhan kita akan perasaan cinta, telah kita tekan semakin dalam. Kita berusaha untuk mengecilkannya. Atau bahkan menghilangkan. Kita menyembunyikannya di tempat yang tidak mau kita kunjungi lagi. Kita menyimpannya dibalik topeng “kewajaran” yang kita tampilkan sehari-hari.

Pernahkan teman Anda mengatakan, bahwa Anda terlalu menutup diri terhadap peluang terjadinya suatu hubungan? Kalau ya, mereka ada benarnya. Karena yang mereka lihat dan amati dari sikap Anda adalah seperti itu. Hanya mereka tidak 100% benar. Ada suatu rahasia yang kita sembunyikan. Rasa ketakutan. Perasaan takut yang telah kita pendam. Yang telah kita tutupi dengan topeng kamuflase.

Perasaan takut timbul karena kita pernah mengalami kegagalan dalam membina suatu hubungan. Kegagalan yang berulang akan semakin memperbesar ketakutan kita. Semakin besar ketakutan kita, semakin kita berusaha untuk menyembunyikannya lebih dalam lagi. Kita makin rajin untuk menambal lapisan topeng “kewajaran” kita. Sebagaimana tiap ketakutan kita mempunyai alasan sendiri-sendiri, begitu juga dengan topeng kamuflase kita akan mempunyai wajah sendiri-sendiri.

Yang terjadi selanjutnya adalah rasa percaya diri kita akan semakin mengecil atau hilang sama sekali. Kita tidak mau membicarakan tentang hubungan dan perasaan cinta kita. Kita makin terbiasa dengan kondisi kita yang penuh dengan topeng “kewajaran”. Ketika ada orang yang bertanya masalah hubungan kita, kita merasa telah diserang, sehingga kita segera membangun benteng pertahanan. Bentuknya macam-macam. Misalnya, ada di antara kita yang menampilkan wajah sedih dan minta dikasihani. Ada yang menampilkan sikap yang menunjukkan bahwa dia bisa lebih baik tanpa pasangan. Atau mengatakan bahwa si A –teman sebayanya- juga belum mempunyai pasangan.

Tetapi yang terjadi di dalam diri kita adalah kita tidak mau orang lain mengetahui kelemahan kita. Ketika kita membicarakan hubungan kita dengan orang lain, berarti kita harus siap untuk melepaskan topeng kita satu-persatu. Menjelaskan alasan kita satu-persatu. Dan pada akhirnya menunjukkan ketakutan kita yang telah lama kita pendam di alam bawah sadar kita. Sehingga kita tidak secara sadar menyadarinya. Kadang kala perasaan yang tertekan itu akan berusaha untuk muncul. Karena kita tidak mau menyadarinya, dia muncul dari alam bawah sadar kita. Dia muncul dalam bentuk mimpi atau khayalan. Misalnya, kita bermimpi menjalin hubungan dengan seseorang, berduaan dengan seseorang yang kita kenal atau orang yang tidak kita kenal, bahkan mungkin dengan artis atau orang-orang terkenal lainnya.

Saat Gagal Dalam Membina Hubungan

Kegagalan dalam membina suatu hubungan seringkali membuat kita kecewa, frustasi dan marah. Kita kecewa pada pasangan kita. Frustasi pada keadaan diri sendiri. Marah pada sikap dan perbuatan pasangan dan juga marah pada ketidakmampuan kita dalam membina suatu hubungan. Kegagalan ini bisa berakibat yang kurang baik di kemudian hari. Ketika kita akan memulai suatu hubungan yang baru, kita menjadikan kegagalan kita sebagai referensi. Kita sering kali berpikir, “jangan-jangan sama seperti yang kemarin-kemarin”. Kegagalan yang berulang-ulang, kadang membuat kita menjadi pribadi yang tertutup. Menutup diri terhadap peluang terbukanya sebuah hubungan yang baru.


Tetapi seringkali kita tidak mau mengakui, atau lebih tepatnya tidak menyadari, bahwa kita telah menutup pintu hati kita untuk suatu hubungan. Ketika kita dekat dengan seseorang, tanpa kita sadari kita telah membandingkan dengan mantan pasangan kita. Dalam hati kita berkata, “ah, tidak seperti si anu”, “si A masih lebih baik”, dan lain sebagainya. Kriteria-kriteria tersembunyi itu telah tertanam di alam bawah sadar kita.

Sebagai akibat dari sikap menutup diri ini - yang justru sering kali kita tidak mau mengakuinya – membuat apa yang kita tampilkan di luar diri kita sangat jauh berbeda dengan yang ada di dalam diri kita. Bahkan mungkin sangat bertentangan. Kita bertindak seolah-olah kita tidak membutuhkan perasaan dicintai atau mencintai. Kita berpura-pura tidak membutuhkan pasangan. Menunjukkan sikap dan perasaan, bahwa tanpa pasangan, kita tetap akan baik-baik saja. Tetap bisa menjalani hidup sebagaimana mestinya. Kadang kala, kita justru menunjukkan bahwa kehidupan kita justru lebih baik ketika kita hidup tanpa pasangan. Tetapi ini adalah sikap kamuflase.

Yang justru sering kali terjadi adalah keinginan dan kebutuhan kita akan perasaan cinta, telah kita tekan semakin dalam. Kita berusaha untuk mengecilkannya. Atau bahkan menghilangkan. Kita menyembunyikannya di tempat yang tidak mau kita kunjungi lagi. Kita menyimpannya dibalik topeng “kewajaran” yang kita tampilkan sehari-hari.

Pernahkan teman Anda mengatakan, bahwa Anda terlalu menutup diri terhadap peluang terjadinya suatu hubungan? Kalau ya, mereka ada benarnya. Karena yang mereka lihat dan amati dari sikap Anda adalah seperti itu. Hanya mereka tidak 100% benar. Ada suatu rahasia yang kita sembunyikan. Rasa ketakutan. Perasaan takut yang telah kita pendam. Yang telah kita tutupi dengan topeng kamuflase.

Perasaan takut timbul karena kita pernah mengalami kegagalan dalam membina suatu hubungan. Kegagalan yang berulang akan semakin memperbesar ketakutan kita. Semakin besar ketakutan kita, semakin kita berusaha untuk menyembunyikannya lebih dalam lagi. Kita makin rajin untuk menambal lapisan topeng “kewajaran” kita. Sebagaimana tiap ketakutan kita mempunyai alasan sendiri-sendiri, begitu juga dengan topeng kamuflase kita akan mempunyai wajah sendiri-sendiri.

Yang terjadi selanjutnya adalah rasa percaya diri kita akan semakin mengecil atau hilang sama sekali. Kita tidak mau membicarakan tentang hubungan dan perasaan cinta kita. Kita makin terbiasa dengan kondisi kita yang penuh dengan topeng “kewajaran”. Ketika ada orang yang bertanya masalah hubungan kita, kita merasa telah diserang, sehingga kita segera membangun benteng pertahanan. Bentuknya macam-macam. Misalnya, ada di antara kita yang menampilkan wajah sedih dan minta dikasihani. Ada yang menampilkan sikap yang menunjukkan bahwa dia bisa lebih baik tanpa pasangan. Atau mengatakan bahwa si A –teman sebayanya- juga belum mempunyai pasangan.

Tetapi yang terjadi di dalam diri kita adalah kita tidak mau orang lain mengetahui kelemahan kita. Ketika kita membicarakan hubungan kita dengan orang lain, berarti kita harus siap untuk melepaskan topeng kita satu-persatu. Menjelaskan alasan kita satu-persatu. Dan pada akhirnya menunjukkan ketakutan kita yang telah lama kita pendam di alam bawah sadar kita. Sehingga kita tidak secara sadar menyadarinya. Kadang kala perasaan yang tertekan itu akan berusaha untuk muncul. Karena kita tidak mau menyadarinya, dia muncul dari alam bawah sadar kita. Dia muncul dalam bentuk mimpi atau khayalan. Misalnya, kita bermimpi menjalin hubungan dengan seseorang, berduaan dengan seseorang yang kita kenal atau orang yang tidak kita kenal, bahkan mungkin dengan artis atau orang-orang terkenal lainnya.

Demi Sesuap Nasi

Sampai kapan penderitaan ini
Selalu dan selalu saja menghantui
tak pernah ada henti
Menyiksa beban hidup ini
Terkadang iri menyerang jiwa
Melihat mereka yang selalu bahagia
Walau semua ini sulit dilewati
Apalah daya inilah yang harus terjadi
Takdir setiap manusia memang berbeda
Jalan hidup setiap manusia memang berbeda
Tapi inilah takdir hidup ini
Berjuang hanya untuk sesuap nasi

Penantian

tulis puisi anda di sini
Hati bertaut kesunyian bila malam menggelayut datang….
Bayang bidadari hadir menyapa dengan senyum waktu mata terpejam…
Rona jingga kilauan mutiara senja…
Kian lusuh karena tercampakkan oleh takdir manusia…
Karena diri tiada harta,tahta dan gelimang harta..
Hanya perih iringi lurus jalan berduri..
Ucap gemetar bibir saat sayup mata perlahan pergi..
Jauh takkan kembali..
Mungkin sampai nanti atau takdir jemputnya lagi..
Kemudian hewan buas itu menatap wajahnya yang cantik..
Meluluhkan hatinya yang beku…
Kemudian mati…
Bila kuku mencakar hati..
Kiranya maaf hanya anugrah lidah yang keji…
Sampai hari berganti abad kemudian kembali…
Dermaga usang terus ada dan kokoh berdiri…

saat sedih

Oh cinta, bisa hilang dalam sekejap mata.
Kemanakah masa indah itu?
Tergantikan oleh masa duka
Tak terkenangkah saat kita tertawa, saat kita bersama berbagi kebahagiaan.
Oh cinta, datanglah kembali…
Penuhi hati kami
—————

lupa

trnya kw lpa hri ni hri pa..
dtik dmi dtik qu menungu kbar drimu dsna tpi kw seprtinya mlah mengbaikan kw lpa ttng kta tntng sesuatu hal yng qu angap bsar dn mungkn kw angap kecil. kw mlah asik dengan kegiatn yg membuat qu hnya merasa cmburu.
kw hnya memntingkn drimu sndri kw tk peduli pendritaan qu tida henti menglir berjuta2 berblir2 bgai tk brnyawa…
kni kw qu blas tk lge ad kbar qu untuk mu…
semoga kw raskn yng sma dng yang qu rsakan saat ni…
—————
bwt mu yg menykitkn hti qu

entah

tulis puisi anda di sini
entah
entah ap yg qu rasa ..
bimbang menghantui
masa lalu pun terlintas kembali
entah
ap yang qu rasa ..
dy yang temaniqu
seakan tak kurasa hadirnya
dy .. dy yang salalu
mencoba beriqu yang terbaik
tapii dengan mudah terhempas masa lalu
apa ?? apa.. yang aku lakukan ??
kenapa semua ini terjadi ??
kenapa harus dy ??
entah apa yang harus ku lakukan ??
haruskah ku tinggalkannya ??
dan kembali padanya ??
tapi aku masih bimbang,,
aku takut
aku takut dengan jalan yang ku ambil
aku takut merindukan nya
lantas rasa apa yang ku miliki saat ini ..
entahlah aku pun tak mengerti.
—————

Rembulan menangis

Disini ada rembulan sedang menangis
Kemuning jatuh menimpa pasir putih
Sedih kusambut malam
sepedih kidung kinanti
Meloloskan diri dari kepungan sepi
Terjerat pada tikaman dusta
Menderu lukaku tiada tertahankan lagi
Bunda…aku ingin di pangkuanmu
Melenakan sebentar
Dari berat jalanku ini
Angin sepoi ringan
mengelupaskan kedukaan
Rembulan di tepian pantai
masih menangis
Pada ombak yang berkejaran
Pada nyiur melambai pelan
Rembulan tersedu di ujung malam
Bertanya pada serpihan karang
Tiada cukupkah kata ampunan dariku
Sementara rembulan
melenggok gemulai
Meninggalkan sejuta pesona nestapa
Sebab cinta tertusuk duri…
Kasih sayang terbelah berserakan
kini berhamburan tiada tertahankan
bagai bunga berguguran..



TAK KU INGINKAN

tak kuinginkan ini terjadi
tak ku ingin kan ini begini
tak kuinginkan ini seperti ini
tapi knpa akhirnya bgini
kau pergi tanpa ada penyesalan
kau tak bilang taupun beri kabar
hanya sebuah tawa yg ku ingat dari mu
dan hnya sebuah derita yg saat ini menghiasiku
ku ingin slalu berasamamu
tak pernah kau ku tinggalkan
tpi ini yg kau mau maka sudah lah
ku hanya bisa ucapkan slmat tinggal
085723125281
—————
harryrandy88@yahoo.co.id

Kesesalan

Dan kini aku semakin terpuruk
terporosok di jurang yg dalam
tak ada yg membantu atau menyongsongku
untuk keluar menghirup udara malam
oh tuhan mengapa menjadi seperti ini ?
bukan ini yg kuinginkan
kekecewaan, kekesalan, kecemburuan
rasa iri, dengki, amarah, nafsu dan kebingungan
melainkan suatu sisi yg indah
saat ku bisa membagi diriku dlm dua fase yg berbeda
jika aku telah salah langkah
mohon kau ingatkan aku
jangan kau biarkan aku semakin terpuruk sepi
karna sesungguhnya aku tak tahu ap yg harus kulakukan
hanya melihat, tanpa merasa .
terdengar gemuruh tawa, tanpa meraba
membuatku kosong dlm hampa
itu karma untuk diriku yang tega.
dan kini hanya menanti fajar menyingsing,.
berharap ini hanyalah sebuah mimpi dlm benakku..

Biru ku Buram

Tegak ku dlm biru yg memburam
Sepi ku dlm hitam yg mencekam
Asa masih tetap menyala
Namun cinta tlah habis tiada sisa…
—————
ad_di3n07@yahoo.com

GELAP

Saat gelap datang semua terasa indah, gelap adlah hariku bagiku gelap adalah cahaya. Cahaya yang slalu akan terus ada dalam hidupku, karna hanya dengan gelap aku dapat melihat semua hal yang tak terbayang oleh’ku, dan hanya dengan gelap aku dapat terus bertahan.
—————

berpihaklah cinta??!

tulis puisi anda di sini
lama daku menanti
kesungguhan cinta dikau
meski tak pantas bagimu
tapi asa ini kerap meminta
jika handaytolan memandang
apa kekurangan daku
tak sanggup meraih anugrah terindah
kadang datang pergi
seolah pungguk rindukan bumi
tuhan ,jika engkau takdirkan daku
hampa sanubari yang kosong
berikan secercah bahagia dalam akhir hayatq ini
dan bila cinta tak berpihak daku
maka kuatkanlah hatiq
—————

MINGGU, 02 NOVEMBER 2008

Kisah Pohon Apel

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang
bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.
Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya,
tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat
mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak
kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan
tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo ke sini
bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil
yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.”Aku ingin
sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”

Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau
boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang
untuk membeli mainan kegemaranmu.” Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu
memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita.
Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu
kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya
datang. “Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel. “Aku tak punya
waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami
membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” Duh, maaf
aku pun tak memiliki rumah.

Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata
pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon
apel itu dan pergi dengan gembira.Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat
anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon
apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa
sangat bersuka cita menyambutnya.”Ayo bermain-main lagi denganku,” kata
pohon apel.”Aku sedih,” kata anak lelaki itu.”Aku sudah tua dan ingin hidup
tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah
kapal untuk pesiar?”

“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan
menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan
bersenang-senanglah.”

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal
yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui
pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf
anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi
untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah
apelmu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon
apel.”Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu.”Aku
benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang
tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon
apel itu sambil menitikkan air mata.

“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki.
“Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah
sekian lama meninggalkanmu.” “Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar
pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari,
marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”
Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.

Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

NOTE :
Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika
kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita
memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita
akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk
membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah
bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita
memperlakukan orang tua kita.

Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita.
Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan
berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada
kita.

Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya

Dua orang malaikat berkunjung ke rumah sebuah keluarga kaya.
Keluarga itu sangat kasar dan tidak mengijinkan kedua malaikat itu
bermalam di ruang tamu yang ada di rumahnya.
Malaikat tersebut ditempatkan pada sebuah kamar berukuran kecil yang ada
di basement. Ketika malaikat itu hendak tidur, malaikat yang lebih tua
melihat bahwa dinding basement itu retak.
Kemudian malaikat itu memperbaikinya sehingga retak pada dinding basement
itu lenyap.
Ketika malaikat yang lebih muda bertanya mengapa ia melakukan hal itu,
malaikat yang lebih tua menjawab, “Sesuatu tidak selalu kelihatan
sebagaimana adanya”.

Malam berikutnya, kedua malaikat itu beristirahat di rumah satu keluarga
petani miskin tetapi sangat ramah.
Setelah membagi sedikit makanan yang petani itu punyai, petani itu
mempersilahkan kedua malaikat untuk istirahat di tempat tidurnya.
Ketika matahari terbit keesokkan harinya, malaikat menemukan bahwa petani
itu dan isterinya sedang menangis sedih karena sapi mereka yang merupakan
sumber pendapatan satu-satunya bagi mereka terbaring mati.
Malaikat yang lebih muda merasa geram. Ia bertanya kepada malaikat yang
lebih tua, “Mengapa kau membiarkan hal ini terjadi? Keluarga yang
pertama memiliki segalanya, tapi engkau menolong menambalkan dindingnya
yang retak. Keluarga ini hanya memiliki sedikit tetapi walaupun demikian
mereka bersedia membaginya dengan kita. Mengapa engkau membiarkan
sapinya mati?”
Malaikat yang lebih tua menjawab, “Sesuatu tidak selalu kelihatan
sebagaimana adanya”.
“Ketika kita bermalam di basement, aku melihat ada emas tersimpan di
lubang dalam dinding itu. Karena pemilik rumah sangat tamak dan tidak
bersedia membagi hartanya, aku menutup dinding itu agar ia tidak
menemukan emas itu.”
“Tadi malam ketika kita tidur di ranjang petani ini, malaikat maut datang
untuk mengambil nyawa isterinya. Aku memberikan sapinya agar malaikat
maut tidak jadi mengambil isterinya.” “Sesuatu tidak selalu kelihatan
sebagaimana adanya”.

Kadang-kadang itulah yang kita rasakan ketika kita berpikir bahwa
sesuatu tidak seharusnya terjadi. Jika kita mempunyai iman, kita
hanya perlu percaya sepenuhnya bahwa semua hal yang terjadi adalah demi
kebaikan kita.
Kita mungkin tidak menyadari hal itu sampai saatnya tiba….

Mengapa?

• Mengapa saya berkata "Saya tidak bisa" jika Alkitab mengatakan bahwa saya bisa
melakukan segala sesuatu di dalam Dia yang memberi kekuatan kepada saya (Fil 4:13)?
• Mengapa saya merasa kurang jika saya tahu bahwa Allah akan memenuhi segala
keperluan saya menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus (Fil 4:19)?
• Mengapa saya harus merasa takut jika Alkitab berkata bahwa Tuhan tidak memberi
saya roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, ketertiban (2
Tim 1:7)?
• Mengapa saya harus merasa kurang iman jika saya tahu bahwa Allah telah
mengaruniakan kepada saya ukuran iman tertentu (Rom 12:3)?
• Mengapa saya menjadi lemah jika Alkitab berkata bahwa Allah adalah terang dan
keselamatan saya dan bahwa saya akan tetap kuat dan akan bertindak (Maz 27:1, Dan
11:32)?
• Mengapa saya harus membiarkan iblis menang atas hidup saya jika Roh yang ada di
dalam saya lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia (1 Yoh 4:4)?
• Mengapa saya harus pasrah kalah jika Alkitab berkata bahwa Allah dalam Kristus
selalu membawa kita di jalan kemenanganNya (2 Kor 2:14)?
• Mengapa saya harus kekurangan hikmat jika Kristus sendiri telah menjadi hikmat
bagi saya dan Allah akan memberi hikmat jika saya minta padaNya (1 Kor 1:30; Yak
1:5)?
• Mengapa saya harus depresi jika saya dapat mengingat bahwa saya dapat berharap
pada Allah yang kasih setiaNya tidak habis-habisNya setiap pagi (Rat 3:21-23)?
• Mengapa saya harus kuatir, resah, dan rewel jika saya dapat menyerahkan segala
kekuatiran saya pada Tuhan yang memelihara saya (1 Pet 5:7)?
• Mengapa saya harus selalu hidup dalam beban jika saya tahu bahwa di mana ada Roh
Allah, ada kemerdekaan, dan Kristus telah memerdekakan kita (2 Kor 3:17; Gal 5:1) ?
• Mengapa saya harus merasa terhukum jika Alkitab berkata bahwa saya tidak ada lagi
di bawah penghukuman sebab saya di dalam Kristus (Rom 8:1) ?
• Mengapa saya harus merasa sendirian jika Yesus berkata Ia akan selalu menyertai
saya, tidak akan membiarkan dan tak akan meninggalkan saya (Mat 28:20; Ibr 13:5)?
• Mengapa saya harus merasa terkutuk atau merasa saya menjadi korban nasib sial
jika Alkitab berkata bahwa Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum taurat sehingga
oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu (Gal 3:13-14) ?
• Mengapa saya harus merasa tidak puas dalam hidup ini jika saya, seperti Paulus, bisa
belajar untuk menjadi puas dalam segala keadaan (Fil 4:11) ?
• Mengapa saya harus merasa tidak layak jika Kristus telah dibuat menjadi dosa karena
kita, supaya di dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2 Kor 5:21) ?
• Mengapa saya merasa takut disiksa orang jika saya tahu bahwa jika Allah di pihak
saya tidak ada yang akan melawan saya (Rom 8:31)?
• Mengapa saya harus bingung jika Allah adalah Raja Damai dan Ia memberi saya
pengetahuan melalui RohNya yang diam di dalam kita (1 Kor 14:33;2:12)
• Mengapa saya harus terus-menerus gagal dan jatuh jika Alkitab berkata bahwa
sebagai anak Allah saya lebih daripada orang-orang yang menang dalam segala hal, oleh
Dia yang telah mengasihi saya (Roma 8:37)?
• Mengapa saya harus membiarkan tekanan hidup mengganggu saya jika saya dapat
punya keberanian karena tahu Tuhan Yesus telah menang atas dunia dan penderitaan
(Yoh 16:33)? " Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah ! " (Mazmur 46:11a)

Kamis, 25 November 2010

ISI HATIKU

Aku Sakit

Aku tahu aku tak smpurna
tp,apkah slah,, .jka aku menginginkan s’rang y6 smpurna ?? ?
apkah aku ng6bk pantas dicinta? ?
, ..
aKu memang munafik, . ..
tapi ap daya smua nie., .. .
percma aku menghrap dy kmbli. ,.
dy hany ang6ap aku lalu ang!n.
apkh brhak bwad aku memaksa dy kmbli. , !!
apkh brhak,jka aku memaksa dy untk mencntaiku lagi, .?!
s’t dy sdah brpling k rang laen. ., aku mlai tak sng6up mlhat dy ber dua.
tapi. .hanya 1 pesanku tuk s’s0rang tu. ,.jaga dy, n’ bwad dy slalu trznyum ktka da d smpingmu


“LUKA”

Luka,,
mengapa kau harus datang,
menambah beban hidup yang kelam.
tersisih asa yang hilang,
ku ingin mati,,
jika tuhan mempersetujui,
bukan karena kamu yang begitu ku cinta.
tapi karena ku memang harus terluka.
begitu sakit,,
begitu perih,,
tapi kan pendam luka ini.
agar kau mengerti..
betapa tulus rasa cintaku,,
sampai ku rela tuk mati..
“HANYA KARENA LUKA”